Kamis, 17 November 2011

Materi Kls XI IPa ; Bab 2 Sub Penjajahan Jepang





Masa Penjajahan Jepang

Setelah 1941 menyerang Pangkalan Pearl Harbour di Honolulu (hawai),
Pada 1942 Jeang mendarat ke Indonesia di Tarakan, Manado, Bali, Banten, Indramayu dan Rembang.

Penjajah Belanda menyerah pada Jepang tgl 8 Maret 1942 melalui perjanjian Kalijati.
Hal ini menjadi awal masa Penjajahan Jepang di Indonesia.

Kebijakan Penjajahan Jepang di Indonesia antara lain adalah :
a. Membentuk Gerakan 3 A. (Jepang Pemimpin, Pelindung dan Cahaya Asia) diketuai Mr. Syamsudin
b. mendakan perubahan dalam lembaga pemerintahan
c. membentuk Kantor Berita Domei
d. Merekrut pribumi untuk bergabung dalam Keito, Seinendan, dan Fujinkai untuk ikut bertanggung jawab terhadap keamanan daerah


Awalnya, Jepang bersikap seolah-olah berlaku baik terhadap bangsa ini, dan menunjukkan perbedaan dari bangsa Belanda.
Hal tersebut sebenarnya bertujuan untuk menarik simpati saja. Setelah berhasil kemudian rakyat diminta mengumpulkan seluruh kekayaan dan membuat gua-gua untuk kepentingan perang.

Dalam waktu dua tahun saja, kondisi ekonomi rakyat Indonesia mereosot tajam.
Rakyat makan ketela pohon, daun daunan, umbi-umbian dan berpakaian karung goni.
(Mbah Warso Slamet dari Legiun Veteran Indonesia Cabang Kartosuro, yang pernah kita undang ke sekola SMA IT Nurhidayah tercinta ini; juga mengungkapkan hal serupa. Beliau juga pernah memakai pakaian karung goni).

Tahun demi tahun, situasi dunia bergolak. Mussolini di Italia jatuh pada 26 Juli 1943). Hitler diJerman juga jatuh pada 7 Mei 1945. Keduanya adalah negara Fasis yang sering bekerjasama dengan Jepang karena ideologi nya yang hampir sama.

Maka Jepang mulai bersiap ...

Maka Jepang untuk mengantisipasi Serangan tentara Sekutu terhadap mereka.
Mengadapi situasi tersebut, Jepang mulai memeberikan kemerdekaan pada negara-negara yang dijajahnya.
Negara yang diberi kemerdekaan itu antara lain yaitu; Birma (1 Agustus 1943)dan Filiphina (14 Oktober 1943).

Sedangkan Indonesia pada waktu itu baru pada tahap diberi kesempatan untuk ikut bersuara dan mengusulkan.
Maka untuk mengakomodasinya dibentuklah Cuo Sangi Kai (semacam Dewan Daerah) dan Cuo Sangi In (semacam Dewan Rakyat Nasional) dengan ketuanya IR. Soekarno dan wakilnya R.M.A.A Kusumautya.

Kemudian selanjutnya, atas usulan para pemimpin muslim Indonesia, dibentuklah Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (3 Oktober 1943) di Bogor.

Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden Gatot Mangkupradja kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada koran "Asia Raya" pada tanggal 13 September 1943, yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Guru H. Mansur, Guru H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa [1]. Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa matahari terbit (lambang kekaisaran Jepang) dan lambang bulan sabit dan bintang (simbol kepercayaan Islam).
(wikipedia.org)

Disamping Tentara PETA akhirnya terbentuk pula Heiho (pembantu tentara), kemudian ad pula lembaga non militer yaitu Torinugami (8 Januari 1944) yang dibentuk dengan tujuan membagi rakyat Jawa menjadi kelompok gotong royong terdiri atas 10-20 keluarga.

>>> Mobilisasi Ekonomi dan Tenaga Kerja

Mobilisasi tenaga kerja dan Ekonomi dilakukan dengan mengerahkan tenaga laki-laki dari pedesaan untuk turut serta dalam program Romusha (kerja Paksa)

Sedangkan kaum wanita dikumpulkan dalam Fujinkai yang bekerja di garis belakang (dapur umum dll)

Di sekolah anak-anak dilatih olahraga perang; kinroohoshi.

>>> Mobilisasi Budaya

Dibentuk Komisi Bahasa yang bertugas membanyak penggunaan bahasa Indonesia dan Jepang
Nama Kota dan Nama Jalan yang sebelumnya menggunakan bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang.
Contoh kota Batavia diganti menjadi JAKARTA, Buitenzorg diganti menjadi BOGOR.
Nama Jawatan dan Perusahaan Negara diganti menjadi Nama Jepang.

Lagu kebangasaan Jepang dinynyikan berurutan dengan Lagu Indonesia Raya.

Tidak ada komentar: